Ermalfaritsi

Ramadhan 2020 : Di Tengah Pandemi, Hamil, dan Masa Penyapihan

Alhamdulillah atas nafas yang masih diberikan, atas raga yang masih bergerak, atas jiwa yang masih bernyawa yang semoga senantiasa dikuatkan dengan ruhiyah-Nya, dan atas akal yang masih bisa berpikir. Semoga Allah perkenankan kita di Jum’at yang in sya Allah diberkahi ini, untuk selalu istiqomah menapaki jalan-jalan kebaikan, sebagai rasa syukur bahwa ketiga elemen dalam diri ini (akal, jasad, ruh) masih bisa berfungsi dengan baik.

Setiap ibu pasti memiliki kisah heroik atas perjuangannya masing-masing. Dalam kondisi apapun, yang meskipun menurut orang lain sederhana, tapi berbeda bagi sang Ibu, menurutnya itu luarbiasa.

Atas izin Allah, dalam kondisi apapun, kita hendaknya bisa bersyukur dan mengambil hikmah. Dalam hal ini kita tengah mengalami pandemi Covid 19, yang hingga hari ini sudah kita rasakan dampaknya, mempengaruhi segala sendi kehidupan, terutama ekonomi barangkali yang kerap diperbincangkan.

Memasuki bulan suci Ramadhan di tengah pandemi, tentu hal berbeda yang baru kita alami di Indonesia, juga di banyak belahan bumi lain yang terkena dampaknya.

Sungguh, terasa pilu, tidak bisa menyambut bulan Ramadhan sesemarak tahun-tahun yang lalu. Ramadhan yang biasanya di awali dengan agenda tarhib turun ke jalan bersama warga. Mengumandangkan syiar bahwa kami gembira akan datangnya bulan Ramadhan, “mari berlomba-lomba dalam kebaikan, mari sambut tamu agung ini dengan bekal iman, mari persiapkan sebaik-baiknya”. Itulah barangkali seruan tarhib Ramadhan yang biasanya kami adakan bersama para masyarakat.

Namun, tentu Allah lebih mengetahui kondisi terbaik. Karena yang terbaik adalah menurutnya. Barangkali yang kita lakukan kemarin hanya sekadar euphoria tanpa iman. Nampaknya kita memang disuruh menjadi takwa dengan sebenar-benarnya takwa, tanpa embel-embel hingar-bingar lainnya. Maka bersyukurlah yang di Ramadhan ini secara “duniawi” terlihat tanpa aktivitas pekerjaan, namun ternyata kita bisa lebih dekat dengan-Nya, menyelesaikan tilawah, sholat tarawih, dan puasa dengan lebih khusyuk tinggal di rumah. Semoga.

Ramadhan di Rumah Kami di Tengah Pandemi

Ramadhan di rumah kami, tentu terasa berbeda dengan tahun lalu. Bukan saja karena pandemi, tapi lebih karena tahun ini kami memiliki malaikat kecil yang semakin menyemarakkan hidup kami. Di samping saya sedang hamil anak kedua, dan juga masa penyapihan anak pertama. Alhamdulillah

Meskipun semua ibadah dilakukan di rumah, namun tentu harus tetap semangat dan berharap pahala pada Allah SWT.

“Barang siapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala (dari Allah), maka diampuni dosa yang telah lalu,” (HR Bukhari Muslim).

Maka kita wajib saling menyemangati sesama anggota keluarga untuk tetap berlomba-lomba dalam kebaikan di Ramadhan ini, yang pahalanya berlipat ganda.

Meski dengan kerepotan mengurus si kecil, kami berusaha seoptimal mungkin menjalankan ibadah di bulan Ramadhan.

Mengawali hari ke-1 Ramadhan dengan sholat tarawih berjamaah di rumah, tentu berbeda dengan tahun lalu, karena setiap sholat, selalu dibersamai oleh Jaisy (nama anak pertama). Alhamdulillah Jaisy sudah bisa dikondisikan ketika umi abinya sholat, dia pun ikut sholat dengan sebisa yang dia lakukan, meski di tengah sholat kadang banyak pecicilannya, bahkan merengek nangis minta gendong, tapi di situlah nikmatnya.

Tidak ujug-ujug Jaisy bisa mengikuti gerakan sholat kami. Tapi kami sounding dulu setiap akan sholat, bahwa dia harus belajar mengikuti orangtuanya sholat, tidak ribut, dan tidak nangis-nangis. Alhamdulillah berhasil. Meski kadang masih diulangi, tapi setidaknya dia belajar memahami instruksi.

Babak kedua memasuki Ramadhan kali ini adalah masa penyapihan Jaisy. Saya dan suami sepakat untuk menyapih Jaisy 2 hari sebelum Ramadhan. Karena saya berniat puasa di bulan Ramadhan meski dalam kondisi hamil. Setidaknya fisik dan asupannya bisa dioptimalkan untuk saya dan dede janin. harapannya bisa lebih fokus untuk ibadah. Juga mumpung ada suami di rumah, bisa bantu menenangkan kalau rewel.

Alhamdulillah masa penyapihan pun berhasil dengan pertolongan Allah. Meski ada rewel-rewelnya setiap akan tidur, tapi Alhamdulillah bisa dikondisikan.

Babak ketiga di awal Ramadhan ini adalah bangun sahur. Ya, tiap kami bangun sahur, Jaisy pun ikut terbangun karena keributan wajan dan spatula yang terjadi di dapur. Tahun lalu karena dia masih bayi, jika terbangun maka saya akan menyusuinya kembali, lalu dia pun tertidur pulas. Tapi berbeda dengan sekarang karena sudah disapih, terpaksa Jaisy langsung dibangunkan saja daripada nangis-nangis minta nyusu. Makan sahur kami pun semakin ramai dengan hadirnya Jaisy yang ikut “ngerecokin” makan. Alhamdulillah..

Terakhir, saya ingin memuhasabah diri saya sendiri, bahwa ibadah di bulan Ramadhan ini, khususnya puasa, adalah ibadah yang bertujuan untuk menyucikan jiwa, menghidupkan hati nurani, menguatkan iman, dan mempersiapkan seseorang menjadi manusia bertaqwa. Oleh karena itu orang yang berpuasa harus membersihkan puasanya dari hal-hal yang mengotorinya, atau bahkan menghancurkanya.

Meski puasa kita tetap #dirumahaja dan barangkali banyak waktu luang, bukan lantas menghabiskannya dengan hal yang sia-sia, menonton ataupun tidur terus menerus, dan sebagainya.

hal ini tentu berkaitan dengan niat, jika puasanya hanya untuk Allah semata, maka dia akan dengan ringan menjauhi dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Semoga saya, dan kita semua termasuk orang-orang yang senantiasa ditolong oleh Allah agar bisa taat kepada-Nya dengan adab dan akhlak yang baik. Aamiin..

#inspirasiramadhan
#dirumahaja
#flpsurabaya
#Bersemadi_HariKe-1

Leave a comment

Information

This entry was posted on May 1, 2020 by in Uncategorized.